Selasa, 19 April 2011

merpatipos.com

merpatipos.com


Hancur!Wanita Ini Menyuntikan Minyak Goreng Ke Wajahnya

Posted: 19 Apr 2011 06:44 PM PDT

Akibat Kecanduan Bedah Plastik wanita Korea menyuntikkan minyak goreng ke wajahnya, Obsesi agar terlihat cantik mendorong seorang wanita Korea menyuntikkan minyak goreng ke wajahnya. Kecanduan bedah plastik membuat wajahnya tidak dapat dikenali lagi.

Wanita itu adalah Hang Mioku. Wanita yang berusia 48 tahun mengaku pertama kali menjalani bedah plastik di usia 28 tahun. Ia pun ketagihan, bahkan ketika ia pindah bekerja ke Jepang, ia terus melanjutkan obsesinya. Yaitu, menjalani sejumlah operasi plastik, yang kebanyakan 'permak' di bagian wajah, seperti yang dikutip dari telegraph.co.uk.

Dari operasi ke operasi, bentuk wajah makin tak berbentuk dan mulai membesar. Namun baginya saat melihat wajahnya di cermin, ia masih menganggap wajahnya terlihat cantik. Hingga akhirnya dokter bedah langganannya tak mau lagi mengoperasi wajahnya, dan menyarankan Mioku untuk berkonsultasi ke psikiater. Menurut dokter bedahnya, obsesi Mioku sudah merupakan gelaja dari kelainan psikologis.


Ketika ia kembali ke Korea, wajah Mioku sudah berubah drastis, bahkan keluarganya pun sudah tak bisa mengenalinya. Setelah menyadari wajah anaknya makin membengkak, orangtua Mioku mengantar putrinya ke dokter untuk memperbaiki wajah Mioku.

Sayangnya, perawatan tersebut memakan biaya besar, dan akhirnya Mioku kembali ke kebiasaan lamanya, yaitu menjalani operasi plastik murah dan tidak aman. Hingga akhirnya, ia menemukan doker yang bersedia memberikan suntikan silikon. Bahkan, dokter tersebut juga memberikan Mioku suntikan dan silikon sehingga ia bisa menyuntikkan silikon sendiri ke wajahnya.

Parahnya, saat dia kehabisan silikon, Mioku menggantikan silikon dengan minyak goreng, dan menyuntikan minyak goreng ke wajahnya. Bukan makin baik, wajahnya makin rusak dan makin membengkak. Mioku pun mendapat julukan 'kipas angin berdiri', karena berwajah besar namun bertubuh kecil. Kejadian yang dialami Mioku pun diketahui banyak orang, hingga satu stasiun teve Korea menampilkannya di salah satu acaranya pada 2009. Melihat bentuk wajahnya yang sangat rusak membuat banyak penonton merasa kasihan dan memberikan donasi untuk mengecilkan ukuran wajahnya.

Pada operasi pertama, dokter bedah mengeluarkan 60 gr cairan asing dari wajahnya, dan 200 gr dari lehernya. Setelah beberapa kali operasi, wajahnya mulai mengecil. Namun, wajahnya masih belum bisa kembali ke bentuk normal. Akhirnya, Mioku menyadari kesalahannya yang amat terobsesi ingin cantik. Yang hanya ia inginkan saat ini adalah wajahnya kembali seperti dulu, seperti sebelum operasi plastik

Sumber:Selebonline.com

Baca Juga Bantal dan Sabun Jadi Bom Rakitan

JOKO TINGKIR

Posted: 19 Apr 2011 05:53 PM PDT























CERITO BONGSO :

Jaka Tingkir adalah putra dari Ki Ageng Pengging. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia Jaka Tingkir yang bernama kecil Mas Karebet tinggal seorang diri dan diasuh oleh sanak-saudaranya. Setelah besar, Mas Karebet dibawa oleh janda Ki Ageng Tingkir (kakak dari ayah Karebet) pergi dari Pengging untuk diboyong ke Tingkir dan diangkat sebagai anak.

Setelah berada di desa Tingkir, Mas Karebet terkenal dengan nama Ki Jaka Tingkir. Dia gemar pergi ke hutan, gunung atau gua-gua untuk bertapa. Semakin dewasa Ki Jaka Tingkir tampak lebih tampan. Banyak wanita terpikat ketampanan Jaka Tingkir. Sementara Jaka Tingkir sendiri belum memikirkan masalah percintaan dan lebih senang bertapa di tempat yang sepi. Namun Nyi Ageng Tingkir menasehati putranya agar tidak pergi bertapa ke gunung atau semacamnya karena mengarah pada kekafiran dan memintanya untuk berguru pada mukmin.

Pada suatu hari Jaka Tingkir bertemu dengan Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga berkata bahwa kelak Jaka Tingkir akan menjadi raja. Sebagai calon raja, dia disuruh belajar mengaji dan menghamba kepada Sultan Demak (Sultan Trenggana). Setelah sampai di rumah, Jaka Tingkir menyampaikan pertemuannya dengan Sunan Kalijaga kepada ibunya. Atas nasehat ibunya, Jaka Tingkir pergi ke Kembanglampir untuk berguru kepada Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menerima Jaka Tingkir menjadi muridnya dengan senang hati, serta mengenalkannya dengan Pemanahan dan Penjawi, putra Ki Ageng Sela. Ketiganya belajar tentang ilmu sufi, ilmu keprajuritan dan ilmu tata pemerintahan.

Setelah ilmu yang mereka dapatkan sudah cukup, Sunan Kalijaga mempersilahkan mereka pulang. Ki Jaka Tingkir menceritakan hasil kepergiannya kepada Nyi Ageng Tingkir, ibunya itu kemudian menyarankannya untuk segera menghamba kepada Demak, dan sesampainya di Demak disuruh menghadap Tumenggung Suranata. Jaka Tingkir menemui Ki Ageng Ngenis untuk minta doa restu. Dia diangkat menjadi anak oleh Ki Ageng Ngenis, dan diberi pelajaran mengenai ilmu sufi dan pemerintahan. Setelah itu Jaka Tingkir berangkat pergi ke Demak.

Setibanya di Demak Jaka Tingkir menemui Kyai Gandamestaka. Dengan senang hati Kyai Gandamestaka bersedia mengaku Jaka Tingkir sebagai anaknya. Jaka Tingkir sangat tekun belajar mengaji di masjid Suranatan. Masjid itu terletak di sebelah utara keraton. Pekerjaan Tumenggung Suranata melayani Sultan Demak apabila akan bersembahyang di masjid itu. Sebab ada aturan bilamana Sultan Demak hadir di masjid, semua anak tidak diperbolehkan mendekati masjid.

Keluarga Tumenggung Suranata bersiap-siap menyambut kedatangan Sultan Demak. Semua anak yang berada di sekitar masjid disuruh pergi. Gandamestaka menyuruh Jaka Tingkir pergi, tetapi Jaka Tingkir tetap duduk di serambi masjid karena keinginannya melihat Sultan Demak. Gandamestaka mengusirnya lagi, dengan sekali lompat ke belakang, Jaka Tingkir sudah berada di seberang kolam tempat anak-anak lain berkumpul. Pada waktu itu Sultan Demak sudah hadir di masjid. Secara kebetulan Sultan Demak melihat ketangkasan melompat Jaka Tingkir. Ia terpikat ketangkasan dan keterampilan Jaka Tingkir. Atas izin Gandamestaka, Jaka Tingkir diambil anak angkat oleh Sultan Demak.

Ki Jaka tingkir dinobatkan menjadi putra angkat Sultan Demak. Ia dapat keluar masuk keraton dan bergaul dengan para putri Sultan Demak. Pada suatu hari Sultan Demak dan Jaka Tingkir berjalan di hutan, sedangkan semua putra dan istrinya merupakan satu rombongan yang berjalan di belakang. Jaka Tingkir mampu membinasakan seekor harimau yang menyerang Sultan Demak. Selain itu saat menyusuri sungai dengan perahu, Jaka Tingkir mampu mampu menangkap buaya yang menyerang Sultan Demak. Hal tersebut membuat Sultan Demak semakin sayang kepada Jaka Tingkir. Atas dasar jasa, keberanian, dan kesaktiannya itu maka Jaka Tingkir dinobatkan menjadi panglima yang membawahi empat ratus orang prajurit dan mendapat hadiah sebidang tanah. Gelarnya adalah Raden Lurah Jaka Tingkir.

Sultan Demak berkeinginan memilih rakyatnya untuk diangkat menjadi prajurit. Orang yang ingin menjadi prajurit diuji terlebih dahulu, dengan cara diadu dengan seekor banteng. Siapa yang mampu membinasakan banteng itu dengan tangan kosong, ujiannya lulus dan diterima menjadi prajurit. Walaupun anak buah Jaka Tingkir terdiri dari orang-orang sakti, diantara mereka banyak yang akan diganti yang lebih muda dan sakti. Di desa Kedung Pingit ada seoerang jagoan bernama Dadungwuk yang pergi ke Demak untuk mengikuti sayembara. Jaka tingkir ingin menguji kesaktian Dadungwuk. Dalam perkelahian itu Dadungwuk terbunuh oleh Jaka Tingkir.orang-orang yang melihat kejadian itu langsung terkejut. Perbuatan Jaka Tingkir dianggap semena-mena sebab membunuh orang yang tidak berdosa. Sultan Demak menjadi murka setelah mengetahui peristiwa tersebut. Jaka Tingkir akhirnya dihukum dengan cara diusir dari Demak dan kedudukan yang sudah dihadiahkan oleh Sultan Demak dicabut.

Hal tersebut membuat Jaka Tingkir menjadi sedih. Dia memutuskan untuk prig ke hutan dan tidak pulang ke Tingkir sebab dia merasa perbuatannya dapat merendahkan Nyi Ageng Tingkir. Samapi malam hari ia tidak meninggalkan hutan dan tidur di atas sebatang pohon. Tiba-tiba bertiup angin yang cukup kencang. Semua pohon porak-poranda dihempas angin ribut. Pada pagi harinya Jaka Tingkir meneruskan perjalanan dan tiba di gunung Kendeng. Jaka Tingkir bertemu dengan Ki Ageng Butuh dan diajak pulang ke desa Butuh.

Ki Ageng Butuh dan saudaranya, Ki Ageng Ngerang mengambil Jaka Tingkir sebagai anak mereka. Mereka memberikan pelajaran tentang ilmu kesaktiaan, ilmu keprajuritan, dan ilmu tata pemerintahan kepada Jaka Tingkir. Orang-orang di desa Butuh lebih senang memanggil Jaka Tingkir dengan sebutan Raden Pancadarma.

Selama tinggal di Butuh, Jaka Tingkir selalu mendapat nasihat Ki Ageng Butuh. Ia disuruh pergi ke Demak menemui teman-temannya. Kalau Sultan Demak tidak menanyakan kepergiaanya, Jaka Tingkir disuruh pulang ke Pengging. Jaka ingkir menemui teman-temannya di Demak pada malam hari. Ia mendapat informasi bahwa selama kepergiannya, Sultan Demak tidak pernah menanyakan. Oleh karena itu, Jaka Tingkir meminta temannya agar bersedia mengantarnya pulang.

Pada suatu hari Jaka Tingkir berkunjung ke Pengging. Ia bersemedi di makam ayahnya selama tiga hari. Berdasarkan ilham yang diterima, ia pergi berguru kepada Ki Buyut Banyubiru. Sementara itu, seorang keturunan Brawijaya yang bernama Permanca, diambil anak angkat oleh Ki Ageng Buyut Banyubiru. Ki Ageng Buyut Banyubiru mempunyai dua orang saudara Ki Majasta dan Ki Wragil. Ki Majasta mempunyai anak laki-laki bernama Jaka Wila.

Jaka Tingkir berguru kepada Ki Buyut Banyubiru selama tiga tahun. Ia banyak mendapat pelajaran tentang ilmu keprajuritan dan ilmu pemerintahan. Ki Buyut Banyubiru menyuruh Jaka Tingkir pergi ke Demak lagi. Permanca, Jaka Wila dan Ki Wragil disuruh ikut Ki Jaka Tingkir. Ki Buyut Banyubiru menasehati mereka bahwa nanti di Demak aka nada seekor banteng mengamuk dan yang dapat membinasakan hanya Jaka Tingkir. Dengan demikian ia akan diampuni oleh Sultan Demak.

Setibanya di Majasta, Jaka Tingkir, Permanca, Jaka Wila dan Ki Wragil singgah selama tiga hari. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menyusuri bengawan dengan sebuah rakit. Mereka diganggu oleh raja roh penjaga bengawan bernama Baureksa bersama prajuritnya. Mereka dapat mengalahkannya. Prajurit Baureksa yang terdiri dari ratusan buaya menjadi pengikut Jaka Tingkir.

Pada suatu malam, Ki Ageng Butuh melihat wahyu kraton turun ke bumi. Ia pergi menyusuri bengawan dan tidak sengaja bertemu dengan Jaka Tingkir bersama saudaranya. Mereka singgah di tempat Ki Ageng Butuh, sesudah mendapat berbagai nasihat, mereka disuruh melanjutkan perjalanan senyampang Sultan Demak sedang berburu.

Ki Buyut Banyubiru berada di bukit Prawata. Ia bertemu seekor banteng kemudian ia memasukkan segumpal tanah ke lubang telinga kiri banteng itu. Seketika itu banteng terperanjat dan tampak liar. Banteng itu tiba-tiba lari menuruni lereng bukit. Di Pasanggrahan Sultan Demak, banteng itu mengamuk sehingga banyak orang yang mati. Tak seorangpun mampu membinasakannya.

Jaka Tingkir mengetahui bahwa yang membuat banteng itu marah adalah Ki Buyut Banyubiru. Mereka keluar dari peersembunyian dan mendekati pesanggrahan. Dalam kesempatan itu, Jaka Tingkir dan kawan-kawannya menampakkan diri. Sultan Demak mengetahui bahwa Jaka Tingkir berada diantara rakyatnya yang sedang melihat amukan banteng itu. Atas perintah raja, Jaka Tingkir disuruh membinasakan banteng itu. Bilamana ia mampu membunuh banteng itu, Jaka Tingkir akan mendapat pengampunan, dianugrahi kedudukan dan putri raja.

Terjadilah perang yang sangat ramai antara Jaka Tingkir vs banteng. Dada Jaka Tingkir tertanduk sehingga ia tidak sadarkan diri. Setelah sadar kembali, ia teringat pesan Ki Buyut Banyubiru. Kepala banteng itu dipegang erat-erat oleh Jaka Tingkir. Segumpal tanah yang berada di lubang telinga kiri dikeluarkannya, kemudian ia menghantam kepala banteng itu, dan banteng itu akhirnya pun mati.

Melihat kemenangan Jaka Tingkir, Sultan Demak menjadi lega dan merasa gembira. Kemudian ia menganugerahi Jaka Tingkir seperti apa yang dijanjikannya. Setelah upacara pemberian hadiah selesai, raja beserta pengiringnya pulang ke Demak. Putrid bungsunya dianugrahkan kepada Jaka Tingkir. Selain itu Jaka Tingkir dinobatkan menjadi raja yang berkedudukan di Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya atau dikenal dengan Sultan Pajang.

Sultan Demak meninggal dunia pada tahun 1503 (tri lunga manca bumi) setelah memerintah selama empat puluh tahun. Ia dimakamkan di sebelah barat masjid. Sultan Pajang naik tahta pada tahun 1503 juga. Atas persetujuan sultan dan Ratu Kalinyamat, semua pusaka Demak diboyong ke Pajang.

Sultan Pajang mengangkat Permanca sebagai patih dengan gelar Pangeran Pancakesuma. Ki Wragil diangkat menjadi bupati dengan gelar Ki Wragil Sencaraga. Jaka Wila diangkat menjadi bupati dengan gelar Ki Wilamarta. Semua gurunya dihormati, Pemanahan, Penjawi dan Jurumertani menghamba di Pajang. Ketiga anak Pemanahan disayangi oleh Sultan Pajang.

Pemberontakan Pangeran Harya Penangsang terhadap Pajang. Dia membunuh ipar Sultan Pajang, Sunan Prawata dan istrinya pada tahun 1436 (bah ring welut catu nabi). Selanjutnya Harya Penangsang ingin membunuh Sultan Pajang. Pada suatu hari Harya Penangsang bersama semua prajuritnya pergi ke Kudus. Ia memohon Sunan Kudus agar memanggil Sultan Pajang sebab ia ingin bertemu dengannya. Sunan Kudus mengabulkan permintaan tersebut. Sultan Pajang, Pemanahan dan Penjawi pergi ke Kudus memenuhi panggilan gurunya. Setibanya di Kudus, mereka ditemui oleh Harya Penangsang.

Ketegangan antara Pajang vs Harya Penangsang makin menjadi. Terjadi perseteruan yang menimbulkan peperangan di antara dua kubu yang berlawanan tersebut. Harya Penangsang tertusuk tombak Kyai Plered oleh Raden Ngabehi Loring Pasar, putra angkat Sultan Pajang. Walau ususnya sudah keluar, Harya Penangsang belum meninggal. Namun akhirnya ia dapat dibunuh juga oleh Raden Ngabehi Loring Pasar. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1504 (karya nir manca bumi).

Sunan giri mengadakan persiapan penjemputan terhadap sultan. Adipati Surabaya, adipati Magetan, adipati Panaraga, adipati Pati dan adipati Madiun sudah hadir di Giripura. Tidak berapa lama Sultan Pajang hadir. Sultan dinobatkan oleh Sunan Giri menjadi raja yang menguasai Pulau Jawa. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1450 (sirna astra warna prabu).

Sumber : Babad Demak 2

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Asal Mula Salatiga

Posted: 19 Apr 2011 05:51 PM PDT



Di daerah PANDANARAN,
memerintahlah seorang bupati yang bernama Ki Ageng Pandanaran.Ia hanya memuaskan diri dengan kekayaan.Dan memeras rakyat dengan menarik pajak yang berlebihan.
Pada suatu hari,Ki Ageng Pandanaran bertemu dengan pak tua yang membawa rumput.Ki A geng Pandanaran meminta rumput itu dengan memaksa dan memberikan sekeping uang untuk tukang rumput itu.Tapi tanpa sepengetahuan Ki Ageng Pandanaran , tukang kayu itu memasukan keping uang itu ke dalam tumpukan rumput yang di minta Ki Ageng Pandanaran.Hal itu terjadi berulang-ulang.
Sampai Ki Ageng tau dan menyadari perbuatan si tukang rumput tersebut.Marah lah iya dan memaki-maki tukang rumput tersebut.
Pada saat itu tiba-tiba pak tua tukang rumput itu berubah wujud menjadi Sunan Kalijaga pemimpin agama yang sangat di hormati bahkan oleh raja-raja.
Seketika itu pula Ki Ageng Pandanaran sujud menyembah dan meminta maaf.Sunan memaafkan tetapi ia meminta Ki Ageng Pandanaran untuk meningalkan seluruh hartanya dan mengikuti Sunan Kalijaga pergi mengembara.
Istinya pun ikut dengan membawa sebuah tongkat yang berisikan emas dan berlian.Namun di tengah perjalanan mereka di cegat oleh sekawanan perampok.Perampok tersebut merampas tongkat yang di bawa istri bupati tersebut,istri bupati meminta tolong tetapi kawanan perampok tersebut berhasil melarikan diri.
Setelah perampok itu pergi,Ki Ageng Pandanaran dan istrinya meminta maaf pada Sunan Kalijaga.
Sunan lalu berkata, 'AKU AKAN MENAMAKAN TEMPAT INI SALATIGA,KARENA KALIAN SUDAH MELAKUKAN TIGA KESALAHAN' hal itu karena pertama kekikiran dan ketamakkan kalian,kedua karena kalian sombong,ketiga kalian telah menyengsarakan rakyat.
Lalu semenjak itu nama tempat itu di namakan 'SALATIGA'.

Sumber:

Arya Penangsang

Posted: 19 Apr 2011 05:32 PM PDT





















CERITO BONGSO :

Berbicara tentang Sejarah Cepu pasti akan selalu dikaitkan dengan Arya Jipang atau Arya Penangsang, karena diyakini bahwa masyarakat daerah Cepu dan sekitarnya merupakan anak keturunan Arya Jipang yang memerintah Jipang pada pertengahan abad ke-16

Arya Penangsang

Arya Penangsang atau Arya Jipang, adalah bupati Jipang Panolan yang memerintah pada pertengahan abad ke-16. Ia melakukan pembunuhan terhadap Sunan Prawoto raja terakhir Demak tahun 1549, namun dirinya sendiri kemudian tewas ditumpas para pengikut Sultan Hadiwijaya, penguasa Pajang. Arya Penangsang juga terkenal sakti mandraguna.

Silsilah

Menurut Serat Kanda, Ayah dari Arya Penangsang adalah Raden Kikin putra Raden Patah raja pertama Kesultanan Demak. Ibu Raden Kikin adalah putri bupati Jipang sehingga ia bisa mewarisi kedudukan kakeknya. Selain itu Arya Penangsang juga memiliki saudara lain ibu bernama Arya Mataram.

Pada tahun 1521 Pangeran Sabrang Lor raja kedua Demak meninggal dunia. Kedua adiknya, yaitu Raden Kikin dan Raden Trenggana berebut takhta. Raden Mukmin (putra Raden Trenggana) mengirim utusan membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat di tepi sungai. Sejak itu, Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen (bunga yang gugur di sungai).

Sepeninggal ayahnya, Arya Penangsang menggantikan sebagai bupati Jipang Panolan. Saat itu usianya masih anak-anak, sehingga pemerintahannya diwakili Patih Matahun. Wilayah Jipang Panolan sendiri terletak di sekitar daerah Blora, Jawa Tengah.

Aksi pembunuhan

Raden Trenggana naik takhta Demak sejak tahun 1521 bergelar Sultan Trenggana. Pemerintahannya berakhir saat ia gugur di Panarukan, Situbondo tahun 1546. Raden Mukmin menggantikan sebagai sultan keempat bergelar Sunan Prawoto.

Pada tahun 1549 Arya Penangsang dengan dukungan gurunya, yaitu Sunan Kudus, membalas kematian Raden Kikin dengan mengirim utusan bernama Rangkud untuk membunuh Sunan Prawoto. Rangkud sendiri tewas pula, saling bunuh dengan korbannya itu.

Ratu Kalinyamat adik Sunan Prawoto menemukan bukti kalau Sunan Kudus terlibat pembunuhan kakaknya. Ia datang ke Kudus meminta pertanggungjawaban. Namun jawaban Sunan Kudus bahwa Sunan Prawoto mati karena karma membuat Ratu Kalinyamat kecewa.

Ratu Kalinyamat bersama suaminya pulang ke Jepara. Di tengah jalan mereka diserbu anak buah Arya Penangsang. Ratu Kalinyamat berhasil lolos sedang suaminya terbunuh.

Arya Penangsang kemudian mengirim empat orang utusan membunuh saingan beratnya, yaitu Hadiwijaya, menantu Sultan Trenggana yang menjadi bupati Pajang. Meskipun keempatnya dibekali keris pusaka Kyai Setan Kober, namun, mereka tetap dapat dikalahkan Hadiwijaya dan dipulangkan secara hormat.

Hadiwijaya ganti mendatangi Arya Penangsang untuk mengembalikan keris Setan Kober. Keduanya lalu terlibat pertengkaran dan didamaikan Sunan Kudus. Hadiwijaya kemudian pamit pulang, sedangkan Sunan Kudus menyuruh Penangsang berpuasa 40 hari untuk mendinginkan amarahnya yang labil.

Sayembara

Dalam perjalanan pulang ke Pajang, rombongan Hadiwijaya singgah ke Gunung Danaraja tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Ratu Kalinyamat mendesak Hadiwijaya agar segera menumpas Arya Penangsang. Ia yang mengaku sebagai pewaris takhta Sunan Prawoto berjanji akan menyerahkan Demak dan Jepara jika Hadiwijaya menang.

Hadiwijaya segan memerangi Penangsang secara langsung karena merasa sebagai sesama anggota keluarga Demak. Maka diumumkanlah sayembara, barangsiapa dapat membunuh bupati Jipang tersebut, akan memperoleh hadiah berupa tanah Pati dan Mataram.

Kedua kakak angkat Hadiwijaya, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi mendaftar sayembara. Hadiwijaya memberikan pasukan Pajang untuk membantu karena anak angkatnya, yaitu Sutawijaya (putra kandung Ki Ageng Pemanahan ikut serta.

Kematian

Ketika pasukan Pajang datang menyerang Jipang, Arya Penangsang sedang berpesta merayakan keberhasilannya berpuasa 40 hari. Surat tantangan atas nama Hadiwijaya membuatnya tidak mampu menahan emosi. Meskipun sudah disabarkan Arya Mataram, Penangsang tetap berangkat ke medan perang.

Perang antara pasukan Pajang dan Jipang terjadi di dekat Bengawan Sore. Perut Penangsang robek terkena tombak Kyai Plered milik Sutawijaya. Meskipun demikian Penangsang tetap bertahan. Ususnya yang terburai dililitkannya pada gagang keris yang terselip dipinggang.

Penangsang berhasil meringkus Sutawijaya. Saat mencabut keris Setan Kober untuk membunuh Sutawijaya, usus Arya Penangsang terpotong sehingga menyebabkan kematiannya.

Dalam pertempuran itu Ki Matahun patih Jipang tewas pula, sedangkan Arya Mataram meloloskan diri. Sejak awal, Arya Mataram memang tidak pernah sependapat dengan kakaknya yang mudah marah itu.

Dampak budaya

Kisah kematian Arya Penangsang melahirkan tradisi baru dalam seni pakaian Jawa, khususnya busana pengantin pria. Pangkal keris yang dipakai pengantin pria seringkali dihiasi untaian bunga mawar dan melati. Ini merupakan lambang pengingat supaya pengantin pria tidak berwatak pemarah dan ingin menang sendiri sebagaimana watak Arya Penangsang.

This posting includes an audio/video/photo media file: Download Now

Legenda Gunung Wurung

Posted: 19 Apr 2011 05:22 PM PDT


Alkisah, di sebuah daerah (yang sekarang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Karangsambung), terdapat sebuah perkampungan kecil yang wilayahnya terdiri dari hamparan tanah datar. Tak satu pun gundukan tanah atau perbukitan yang terlihat di sekitarnya.
Di suatu malam yang sunyi senyap, para sesepuh kampung tampak sedang berdoa kepada para dewa di Kahyangan. Dengan penuh khusyuk, mereka memohon agar dibuatkan sebuah gunung di dekat tempat tinggal mereka. Rupanya, doa mereka dikabulkan oleh para dewa. Pembuatan gunung itu akan dimulai besok harinya dan akan dikerjakan dalam waktu semalam. Tetapi dengan syarat, tak seorang pun warga yang boleh melihat pada saat gunung itu dibuat.  
Para sesepuh kampung menyanggupi persyaratan itu. Keesokan paginya, mereka mengumpulkan para warga untuk menyampaikan berita gembira dan persyaratan tersebut.
"Wahai, seluruh wargaku! Kami menghimbau kepada kalian semua agar pada saat hari menjelang senja, masuklah ke dalam rumah kalian masing-masing dan tak seorang pun yang boleh keluar rumah hingga matahari terbit besok pagi!" ujar seorang sesepuh kampung.
"Maaf, Tuan! Bencana apa yang akan melanda kampung kita? Kenapa kami dilarang keluar rumah?" tanya seorang warga dengan bingung.
"Ketahuilah semua bahwa para dewa akan membuatkan sebuah gunung untuk kita dan tak seorang pun yang boleh melihat ketika mereka sedang bekerja," jelas seorang sesepuh kampung yang lain.
Setelah mendengar penjelasan itu, barulah para warga mengerti mengapa mereka dilarang keluar rumah. Ketika hari menjelang senja, suasana kampung mulai sepi. Seluruh warga telah masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Tak berapa lama kemudian, para dewa pun turun dari Kahyangan untuk mulai bekerja membangun sebuah gunung di daerah hulu kampung. Mula-mula mereka membangun tiang-tiang yang kokoh.
Setelah separuh malam bekerja, para dewa telah selesai membangun tiang-tiang tersebut. Tiang-tiang tersebut kemudian mereka timbuni dengan tanah hingga nantinya membentuk sebuah gunung. Para dewa bekerja sesuai dengan tugas masing-masing tanpa berbicara sepatah kata pun. Mereka terus bekerja hingga larut malam tanpa mengenal lelah.
Ketika hari menjelang pagi, pembuatan gunung itu hampir selesai, tinggal menyelesaikan penimbunannya yang tersisa sedikit lagi. Pada saat para dewa masih sibuk bekerja, tiba-tiba dari arah kampung seorang gadis berjalan menuju ke luk ulo (sungai) yang berada di sekitar tempat pembuatan gunung itu. Rupanya, gadis itu tidak mengetahui pengumuman tentang larangan keluar rumah pada malam itu. Sebab, pada waktu pengumuman itu disampaikan oleh salah seorang sesepuh kampung, ia tidak hadir dan tak seorang pun warga yang memberitahu tentang hal itu.
Gadis itu datang ke sungai karena ingin mencuci beras untuk dimasak. Ia berjalan tanpa memperhatikan sekelilingnya karena suasana masih gelap. Pada saat akan turun ke sungai, gadis itu terperanjat karena tiba-tiba di hadapannya ada sebuah bukit.
"Hah, kenapa tiba-tiba ada bukit di tempat ini? Padahal, hari-hari sebelumnya tempat ini masih datar? Ya Tuhan, mimpikah aku ini?" gumam gadis itu seolah tidak percaya terhadap apa yang dilihatnya.
Namun, begitu melihat beberapa sosok makhluk yang menyeramkan bergerak cepat sambil mengangkat batu besar tanpa sepatah kata pun, gadis itu langsung berlari meninggalkan sungai karena ketakutan.
"Tolooong… Tolooong… Tolong aku!" teriaknya dengan keras.
Gadis itu terus berlari tanpa mempedulikan lagi keadaan dirinya, sehingga beras yang hendak dicucinya dilemparkan begitu saja. Tak ayal lagi, beras tersebut pun berceceran di sekitar bukit. Konon, beras tersebut menjelma menjadi bebatuan yang bentuknya mirip dengan beras.
Para dewa yang mendengar suara teriakan gadis itu menjadi tersentak. Mereka pun menyadari bahwa ternyata pekerjaan mereka membuat gunung telah disaksikan oleh manusia.
"Penduduk kampung telah melanggar perjanjian kita. Ayo kita tinggalkan tempat ini!" seru salah satu dewa kepada dewa yang lainnya.
Akhirnya, para dewa tersebut menghentikan pekerjaannya. Mereka meninggalkan tempat itu dan bergegas kembali ke Kahyangan. Padahal, pembangunan gunung itu sudah hampir jadi. Akhirnya, batallah pembuatan gunung itu.

Sumber:

Kisah Ajisaka – Asal-Mula Aksara Jawa

Posted: 19 Apr 2011 05:10 PM PDT


Jaman dulu, di Pulau Majethi, hidup seorang satria bernama Ajisaka. Selain ganteng, Ajisaka juga punya ilmu tinggi dan sakti. Ajisaka punya dua orang punggawa bernama Dora san Sembada. Dua orang itu sangat setia dan nurut sama Ajisaka. Suatu hari, Ajisaka ingin pergi berkelana, bertualang meninggalkan Pulau Majethi. Dora pergi menemani Ajisaka sedangkan Sembada tetap tinggal di Pulau Majethi karena Ajisaka memerintahkan Sembada untuk menjaga pusaka Ajisaka yg paling sakti. Ajisaka berpesan pada Sembada bahwa Sembada ga boleh menyerahkan pusaka itu kepada siapapun kecuali Ajisaka.
Nah, pada waktu itu di Jawa ada negara yang terkenal makmur, aman, dan damai, yang berjudul Medhangkamulan. Negara itu dipimpin oleh Prabu Dewatacengkar, raja yang berbudi luhur dan bijaksana. Seuatu hari, juru masak kerajaan tidak sengaja memotong jarinya waktu masak. Juru masak itu ga sadar bahwa potongan jarinya masuk ke hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Raja. Tanpa sengaja juga, jari itu termakan oleh Prabu Dewatacengkar. Ga disangka, Prabu Dewatacengkar merasa daging yang dia makan sangat lezat, kemudian ia mengutus patihnya menanyai juru masak kerajaan. Ternyata kemudian diketahui bahwa yang tadi dimakan oleh Prabu Dewatacengkar adalah daging manusia, ia memerintahkan kepada patihnya untuk menyiapkan seorang rakyatnya untuk disantap setiap harinya. Sejak itu Prabu Dewatacengkar punya hobi baru, yaitu makan danging manusia. Wataknya berubah jadi jahat dan senang melihat orang menderita. Negara itu berubah jadi negara yang sepi karena satu per satu rakyatnya dimakan oleh rajanya, ada juga rakyat yang lari menyelamatkan diri. Sang Patih bingung, karena ga ada lagi rakyat yang bisa disuguhkan kepada rajanya.
Saat itulah Ajisaka bersama Dora sampe di Medhangkamulan. Ajisaka heran melihat keadaan negara yang sunyi dan menyeramkan itu, kemudian ia mencari tahu sebabnya. Setelah tau apa yang terjadi di Medhangkamulan. Ajisaka lalu menghadap Patih, menyatakan bahwa ia sanggup menjadi santapan Sang Raja. Awalnya Sang Patih tidak mengijinkan Ajisaka yang masih muda dan (ehem..) ganteng jadi santapan Prabu Dewatacengkar, tapi Ajisaka tetep maksa sampe akhirnya dia dibawa juga untuk menghadap Prabu Dwatacengkar. Sang Prabu juga heran, kenapa orang yang masih muda dan tampan mau-mau aja jadi santapannya. Ajisaka mengajukan syarat, dia rela dimakan Sang Prabu asal dia dihadiahi tanah seluas ikat kepalanya. Selain itu, Ajisaka juga minta Prabu Dewatacengkar sendiri yang mengukur tanah tersebut. Permintaan itu dikabulkan oleh Sang Prabu. Ajisaka kemudian meminta Prabu Dewatacengkar menarik salah satu ujung ikat kepalanya. Ajaibnya, ikat kepala itu mulur terus kayak ga ada habisnya. Prabu Dewatacengkar terpaksa mundur dan mundur terus mengikuti ikat kepala itu sampe di tepi laut selatan. Ajisaka mengibaska ikat kepala tersebut, hal ini membuat Prabu Dewatacengkar terlempar ke laut. Wujud Prabu Dewatacengkar lalu berubah menjadi buaya putih, sedangkan Ajisaka menjadi raja di Medhangkamulan.
Setelah jadi raja, Ajisaka menyuruh Dora pergi ke Pulao Majethi untuk ngambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Sampe di Pulau Majethi, Dora menjelaskan pada Sembada bahwa dia datang atas perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka yang dijaga Sembada. Sembada yang patuh pada pesan Ajisaka ga mau ngasih pusaka itu ke Dora. Dora memaksa agar pusaka itu diserahkan ke dia. Akhirnya dua orang itu bertarung. Karena dua-duanya sama-sama sakti, pertarungan berlangsung seru sampai mereka berdua tewas.
Prabu Ajisaka mendengar kabar kematian Dora san Sembada. Dia menyesal mengingat kelalaiannya dan kesetiaan Dora dan Sembada. Untuk mengabadkan dua punggawanya itu Ajisaka menciptakan sebuah aksara yang bunyinya :
ha na ca ra ka
Ana utusan (ada utusan)
da ta sa wa la
Padha kekerengan (saling berselisih pendapat)
pa dha ja ya nya
Padha digdayané (sama-sama sakti)
ma ga ba tha nga

Padha dadi bathangé (sama-sama mejadi mayat)

Sumber:

Pasto – Biar

Posted: 19 Apr 2011 02:32 PM PDT

Download lagu atau mp3 dari artis, band, & musisi ini hanya untuk review lagu saja. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RINGnya agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.



Link Download :

Peterpan – Dara

Posted: 19 Apr 2011 01:36 PM PDT

Download lagu atau mp3 dari artis, band, & musisi ini hanya untuk review lagu saja. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RINGnya agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.




Link Download :

Relief – Telah Kucoba

Posted: 19 Apr 2011 12:48 PM PDT

Download lagu atau mp3 dari artis, band, & musisi ini hanya untuk review lagu saja. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RINGnya agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.




Link Download :

Sagita – Bunga Rasa

Posted: 19 Apr 2011 12:43 PM PDT

Download lagu atau mp3 dari artis, band, & musisi ini hanya untuk review lagu saja. Belilah CD original dan gunakan Nada sambung pribadi NSP, RBT I-RINGnya agar mereka tetap bisa berkarya dengan lagu terbaru lainnya.



Link Download :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar