Senin, 19 Maret 2012

chantika.com

chantika.com


HUT Tribun Jambi tampilkan Ike Nurjanah

Posted: 18 Mar 2012 08:42 AM PDT

Jambi (ANTARA News) – Penyanyi Dangdut Ike Nurjanah dan sanggar seni tradisi Mindulahin Jambi menghibur publik Jambi para tamu undangan Ultah kedua Harian Tribun Jambi di Abadi Convention Centre (ACC) pada Sabtu malam.

“Kita memang mengundang artis Ike Nurjanah pada perayaan HUT ke-2 harian Tribun Jambi,” kata koordinator event organizer Tribun Jambi Hendri Nursal, di Jambi, Sabtu.

Pada acara yang juga dihadiri oleh Gubernur Jambi Hasan Basri Agus tersebut Ike Nurjanah membawakan album lagu-lagu daerah Jambi yang memang kebetulan dia yang dipercayakan menyanyikannya.

Di antara lagu Jambi tersebut yang dinyanyikan Ike adalah “Daerah Jambi”, dan lagu “Ketalang Petang”, selain itu Ike juga menyanyikan beberapa lagu dangdut yang dulunya sempat hit.

Namun sayangnya, rencana penampilan Ike yang akan diiringi oleh grup musik tradisi dari Jambi Mindulahin batal dilaksanakan karena keduanya belum sempat melakukan latihan bersama.

Oleh karena itu grup Mindulahin yang diberikan kesempatan sebagai grup pembuka pertunjukan tampil sendiri dengan menampilkan salah satu bentuk eksplorasi dari seni tradisi Jambi yakni tradisi tutur Sinjang dari Muarojambi dan Dadung dari suku Bathin, Bungo.

Azhar MJ pimpinan grup musik tradisi Jambi Mindulahin mengungkapkan penampilan sebagai grup pembuka adalah bentuk apresiasi positif dari media massa terhadap kesenian tradisi yang harus terus dipupuk dan kembangkan di masa mendatang.

“Ke depannya tentu kita mengharapkan kepercayaan atas kesenian tradisi seperti yang dilakukan harian Tribun Jambi ini dapat terus diapresiasi positif oleh berbagai even lainnya, sehingga keberlangsung dan perkembangan seni tradisi asli Jambi dapat terus lestari,” kata Azhar. (BS/E003) Editor: B Kunto Wibisono

View the original article here

Jessie J, berbagi lewat kata-kata

Posted: 18 Mar 2012 08:35 AM PDT

Jessie J dalam salah satu penampilannya di Eropa (REUTERS/Cathal McNaughton

Dulu saya tidak niat untuk menjadi penyanyi, dan orang tua juga tidak pernah memaksa saya. Dan ternyata lewat musik saya bisa wujudkan impian saya.”

Jakarta (ANTARA News) – Memakai kaos yang dibalut blazer jeans ‘belel’, legging bercorak macan, boots tinggi berwarna merah, Jessie J naik ke panggung sambil berjoget.

“Halooooo,” teriaknya kepada wartawan saat jumpa pers POND’S Teens Concert 2012, di Hotel Borobudur Jakarta, Minggu siang (18/3).

Perempuan yang khas dengan poni lurusnya itu langsung disambut oleh Ayu Dewi yang menjadi MC dalam jumpa pers tersebut. Dalam hitungan jam,  penyanyi asal Inggris itu akan menghentak Jakarta di Ji-Expo Hall D2 Kemayoran, Jakarta.

“I am ready to rock! Saya senang sekali dan tidak menyangka penonton akan berkisar 6.000 orang,” kata pelantun hit “Price Tag” itu.

Pemilik nama asli Jessica Ellen Cornish itu pasti tidak akan pernah menyangka bahwa ia akan menjadi penyanyi kelas dunia seperti sekarang. Dia sudah meraih penghargaan bergengsi seperti BBC Sounds 2011, MTV Brand New 2011, dan BRIT Awards 2011.

Perjalanan karir penyanyi muda yang lahir pada 27 Maret 1988 itu bukanlah sesuatu yang mudah. Jessie J mulai merintis karirnya pada usia 17 tahun. Pada awalnya ia dikontrak oleh suatu label, namun sebelum materi musiknya sempat dirilis, label tersebut bangkrut.

Jessie J tidak patah semangat. Ia tetap bersikeras untuk mencoba lagi karirnya dalam bermusik. Ia pun memulai perjalanannya dengan menulis lirik-lirik lagu musisi internasional seperti Chris Brown dalam lagu “I Need This” dan Miley Cyrus lewat hit single “Party in the USA”.

Ia memang tidak hanya pandai bersenandung namun juga berbakat dalam merangkai kata-kata. “Menulis lagu bagi saya mengungkapkan pengalaman hidup, lewat lagu,” ujar penyanyi yang memiliki tindikan anting di hidung itu.

Itulah keinginan Jessie J sejak kecil. Ia ingin berbagi kepada dunia melalu kata-kata. Ia ingin meneriakkan sesuatu kepada dunia dan ternyata lewat musik ia bisa melakukan hal itu.

“Dulu saya tidak niat untuk menjadi penyanyi, dan orang tua juga tidak pernah memaksa saya. Dan ternyata lewat musik saya bisa wujudkan impian saya,” katanya.

Seperti dalam lagunya “Price Tag”, ia ingin mengatakan bahwa uang memang bisa membeli apapun yang kita inginkan.

“..It’s not about the money, money, money. We don’t need your money, money, money. We just wanna make the world dance. Forget about the Price Tag..”

“Namun hidup itu lebih kepada cinta dan memberikan pada sesama, bukan uang,” katanya.

Semakin berkilau
Pada November 2010, Jessie J kembali mencoba dunia menyanyi dengan meluncurkan singel pertamanya yang berjudul “Do It Like a Dude”. Lagu tersebut masuk urutan dua dalam UK Singles Chart dan peringkat delapan di Selandia Baru. Lagu selanjutnya, “Price Tag”, bersama dengan B.o.B dirilis pada akhir Januari 2011 dan menduduki nomor satu dalam chart UK selama dua mingu.

Dengan adanya tambahan lagu “Domino” dan dua lagu baru, Jessie J merilis ulang album perdananya tersebut pada November 2011, dimana “Domino” menjadi lagu kedua yang masuk dalam top 30 di US, setelah suksesnya “Price Tag”.

Ia berhasil meluncurkan album perdananya “Who You Are” setelah meneken kontrak dengan Lava.  Proses pembuatan album yang dimulai pada 2006 itu langsung mencapai urutan kedua dalam UK Album Charts dan 10 besar dalam chart musik di berbagai negara dan nomor 11 di US.

Karirnya pun semakin gemilang. Ia sukses meraih impiannya dalam bermusik. Seiring albumnya yang sukses di Amerika Utara, Jessie mulai tur sebagai pembuka konser Katy Perry dalam California Dreams Tour 2011.

Setelah itu ia merilis lagu selanjutnya, “Nobody’s Perfect” yang memasuki nomor sembilan di UK, dan lagu keempatnya, “Who’s Laughing Now” masuk urutan 16.

“Make it Happen”
Melihat perjalanan karir Jessie J, POND’S menggandeng musisi berbakat tersebut dalam POND’S Teens Concert agar dapat memberi inspirasi kepada para remaja di Indonesia agar berani mengambil langkah awal untuk “make things happen”.

Jessie J yang memiliki gaya ‘nyentrik’ itu menjadikan kegagalan untuk mengambil seribu langkah dalam mengejar mimpinya. Seperti dalam lirik lagunya, “Who You Are”, ia berpesan kepada semua orang untuk menjadi diri sendiri.

“Don’t lose who you are in the blur of the stars. Seeing is deceiving, dreaming is believing. It’s okay not to be okay. Sometimes it’s hard to follow your heart. Tears don’t mean you’re losing, everybody’s bruising. Just be true to who you are..”

Urusan kostum, ia mengaku menyukai Gwen Stefani dan Rihanna, namun mereka tidak khusus menjadi inspirasinya.

“Saya pakai baju apa saja yang nyaman dan yang penting menjadi diri sendiri,” kata Jessie yang besok akan melanjutkan turnya ke Singapura.

Jessie J berjanji akan mempersembahkan sesuatu yang spesial untuk penonton Indonesia. Sesuatu hal yang membanggakan baginya untuk bisa tampil di sini, di Indonesia.

“Saya dedikasikan musik saya untuk semua umur yang mau mendengarkan. Saya tidak sempurna, saya juga bisa membuat kesalahan,” ucap Jessie yang ditutup dengan senyum manisnya.
(M047)

Editor: Aditia Maruli

View the original article here

Slank lakukan perjalanan religi ke Malang

Posted: 18 Mar 2012 08:25 AM PDT

Grup band Slank (ANTARA/Irsan Mulyadi)

Malang (ANTARA News) – Grup musik Slank melakukan “Perjalanan Religi” bersama Ki Ageng Ganjur ke Pondok Pesantren As Shidiqi Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu.

Menurut vokalis Slank, Kaka, rangkaian perjalanan religi ke Malang merupakan yang kedua setelah menggelar perjalanan yang sama di Pondok Pesantren Darullughah Walkaromah, Sidomukti, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.

“Ini merupakan perjalanan religi kedua dari total 25 perjalanan Slank di berbagai daerah di Indonesia. Dan untuk hari ini, kami juga menggelar konser `Perjalanan Religi` di Lapangan Cengger Ayam, Kota Malang,” katanya.

Kaka menjelaskan perjalanan itu bertujuan mempersatukan kembali nilai dasar seni dan budaya Indonesia yang banyak menyimpang dan mengarah kepada kekerasan.

Ia berharap melalui konser perjalanan religi, nilai seni dan budaya bangsa kembali pada jalan yang benar tanpa adanya kekerasan.

“Melalui musik kita bisa memengaruhi orang dan terpengaruh. Untuk itu, saya berharap melalui musik, kita semua mendapatkan ilmu dan kembali pada nilai dasar seni dan budaya Indonesia tanpa kekerasan,” katanya.

Salah satu budayawan yang mendampingi Slank dalam perjalanan itu, Sastro Al Ngatawi mengutarakan bahwa mengarahkan budaya bangsa bisa melalui berbagai cara, salah satunya melalui seni atau musik.

Pada saat ini, lanjut dia, budaya bangsa sudah banyak beralih dan mengarah pada kekerasan sehingga perlu kembali diarahkan.

Dengan melakukan perjalanan religi ke sejumlah pondok pesantren di Indonesia, Sastro berharap nilai budaya bangsa bisa kembali ke jalan yang benar.

Sebab, nilai dasar pondok pesantren di Indonesia adalah tidak mempunyai sikap ekstrim dan selalu seimbang antara dunia dan akhiratnya, serta mampu bersikap toleransi terhadap perbedaan yang ada.

Dalam kedatanganya di Pondok Pesantren As Shidiqi Lawang, para personel Slank yang terdiri atas Kaka, Bim-Bim, Ivan, Abdee, dan Ridho, disambut dengan hadrah oleh para santri dan melakukan salat Zuhur berjamaah dengan para sesepuh pondok setempat.
(KR-MSW/D007) Editor: Desy Saputra

View the original article here

Ribuan umat kirab ruwat bumi di Magelang

Posted: 18 Mar 2012 08:20 AM PDT

Magelang (ANTARA News) – Ribuan umat Tri Dharma dari sejumlah kota di Pulau Jawa mengikuti kirab budaya dan ruwat bumi di Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu.

Penasihat Yayasan Tri Bhakti Magelang David Hermanjaya, di Magelang, mengatakan, kegiatan kirab ini diikuti umat dari 39 kota di Jawa, antara lain Jakarta, Yogyakarta, Pekalongan, Bloro, Bojonegoro, dan Banyuwangi.

Ia mengatakan, kegiatan kirab budaya dan ruwat bumi ini diselenggarakan lima tahun sekali oleh Yayasan Tri Bhakti Magelang. Kirab pertama dilakukan pada 2007 dan tahun ini penyelenggaraan kedua dengan tema merawat bumi syukuran.

“Tujuan rawat bumi, untuk berdoa menyejahterakan lingkungan, masyarakat baik pejabat maupun umat supaya hidup lebih sejahtera, rukun, sehat, makmur, dan tidak banyak masalah,” katanya.

Ia mengatakan, dalam rangkaian kegiatan ini, pada Sabtu (17/3) malam digelar wayang kulit dengan Ki Warseno dari Solo mengambil lakon “Semar Rawat Jiwo”, dengan maksud supaya jiwa yang kotor menjadi bersih.

Kegiatan kirab diawali dengan ritual mulai pukul 06.00 WIB di Kelenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, kemudian mengeluarkan kongco yang dibawa dari daerah masing-masing.

Kongco tersebut kemudian dipersiapkan di atas “kio” atau tandu di sebelah timur Alun-Alun Magelang untuk persiapan kirab dan sekitar pukul 10.00 WIB acara kirab dimulai diberangkatkan dari halaman Kelenteng Liong Hok Bio.

Satu persatu kongco diarak masing-masing kelompok mengelilingi Kota Magelang dengan diiringi musik genderang yang bertalu-talu dan umat yang memikul kongco pun berjalan sambil bergoyang mengikuti alunan musik.

Kegiatan kirab ini juga diikuti kesenian tradisional, antara lain topeng ireng dan kuda lumping.

Seorang peserta kirab, Endang dari Blora, mengaku berangkat ke Magelang bersama rombongan sekitar 70 orang.

“Kami mengikuti kegiatan ini di Magelang yang kedua kali, pertama tahun 2007,” katanya.

Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito menyambut baik kegiatan tersebut. Kegiatan ini harus dilestarikan dalam rangka menyatukan warga yang tidak membedakan suku, agama, dan golongan.

“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin tahunan sehingga Magelang menjadi lebih ramai,” katanya.

Ribuan masyarakat tampak menyaksikan arak-arakan di sepanjang jalan yang dilalui kirab tersebut.  Editor: Desy Saputra

View the original article here

Kaligrafi Jepang semakin diminati di Medan

Posted: 18 Mar 2012 08:10 AM PDT

ilustrasi Seniman dan penulis kaligrafi Jepang Sachiyo Kaneko beraksi menuliskan kaligrafi. (FOTO REUTERS/Bernardo Montoya)

Medan (ANTARA News) – Seni kaligrafi Jepang atau “Shodo” semakin diminati kalangan muda khususnya mahasiswa di Medan, seiring dengan pertumbuhan minat masyarakat Indonesia untuk belajar bahasa dan budaya Jepang.

“Dewasa ini semakin banyak yang tertarik dengan kaligrafi Jepang.Perkembangan dunia senia seperti ini memberikan semangat bagi kami untuk mengadakan pertukaran budaya seperti kaligrafi Jepang ini,” kata Konjen Jepang di Medan Yuji Hamada, Jumat.

Hal tersebut dikatakannya dalam sambutannya ketika membuka workshop kaligrafi Jepang di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara (USU).

Yuji mengatakan, di Jepang seni menulis indah juga sudah banyak digemari, bahkan menjadi satu budaya yang mempunyai peranan cukup besar di negeri itu.

Kaligrafi Jepang biasanya digunakan untuk hiasan dinding dan ada juga kata-kata mutiara yang ditulis dengan kaligrafi.

Tata cara penulisan kaligrafi Jepang dengan huruf Jepang biasa, jauh berbeda. Perbedaan itu terutama terletak di goresannya, juga harus menggunakan kuas dan di kertas khusus.

“Workshop yang diikuti 40 orang mahasiswa USU ini langsung diasuh oleh master kaligrafi Jepang, yakni Meguro Masao.Selain itu pada keesokan harinya workhsop Kendo juga akan disampaikan Meguro Masao,” katanya.

Sebelumnya, Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Syahron Lubis mengatakan, banyaknya mahasiswa USU yang belajar kaligrafi Jepang, membuktikan bahwa minat untuk belajar budaya Jepang semakin meningkat.

USU sendiri, saat ini memiliki dua program studi Kejepangan, yakni Prodi S-1 Sastra Jepang dan D-3 Bahasa Jepang.

“Sejak didirikannya Prodi Bahasa Jepang tahun 1980, banyak acara pengenalan budaya Jepang digelar di USU. Dengan adanya workshop ini diharapkan hubungan Indonesia dengan Jepang kedepannya dapat semakin erat,” katanya.

Sementara itu, Meguro Masao mengatakan, belajar kaligrafi Jepang tidak sulit asalkan dilaksanakan dengan serius dan berkesinambungan. Artinya kaligrafi adalah pembelajaran seumur hidup, karena dituntut untuk terus belajar dan yang utama adalah memahami filosofinya.

“Kaligrafi adalah mengutamakan keindahan dan kelembutan.Bagi pecinta kaligrafi harus benar-benar memahami filosofinya yang mengutamakan keindahan dan kelembutan,” kata pria pemegang gelar Kyoushi Dan-7 Kendo.

Meguro Masao yang juga sebagai Ketua Dewan Kehormatan Federasi Kendo Seluruh Indonesia, mengatakan, ia sebagai sukarelawan mengajarkan teknik Kendo, kaligrafi dan seni lukis.

“Pedang dan kuas walau pun panjangnya berbeda, namun bentuknya serupa, yakni benda yang panjang dan tipis.Walau pun saya memiliki bentuk badan yang gemuk dan bulat, namun entah mengapa saya mendambakan benda-benda yang tipis dan panjang, tidak akan melepaskan pedang dan kuas,” katanya sambil tersenyum.(T.KR-JRD/M034)  Editor: Ruslan Burhani

View the original article here

Pelajar Indonesia tampil dalam “festival arts and music” di Newcastle

Posted: 18 Mar 2012 08:00 AM PDT

Ilustrasi.(ANTARA/Agus Bebeng)

Para pelajar ingin menunjukkan kepada dunia bahwa di tengah berita buruk dan konflik yang terjadi akhir-akhir ini, Indonesia tetap layak untuk dikunjungi sebagai tujuan pariwisata utama di Asia berkat segala keindahannya.

Jakarta (ANTARA News) – Para pelajar Indonesia di Newcastle upon Tyne mempertunjukkan kesenian khas Indonesia di depan para penonton mancanegara dalam acara International Festival of Arts and Music (IFAM) yang diadakan di Northern Stage Theatre, Newcastle University.

Salah seorang pengurus PPI di Newcastle, Adamas Yudistira dalam keterangannya yang diterima ANTARA, menyebutkan acara IFAM yang mengusung konsep “An Evening of Culture, Dance, Music, Comedy, and Drama” ini adalah acara tahunan yang diselenggarakan di Newcastle University Students’ Union.

Acara tersebut juga dihadiri Deputy Chief of Mission (DCM) KBRI London, Harry R J Kandau baru datang dua minggu di UK beserta Atdik, T. A. Fauzi Soelaiman yang memberikan dukungan kepada para pelajar Indonesia . Dalam kesempatan kali ini, Harry juga menyampaikan salam dari Duta Besar Hamzah Thayeb yang berhalangan datang.

Adamas Yudistira, mengatakan berbagai kesenian dari beragam negara ditampilkan malam ini, seperti Comedy Society, Latin dan Ballroom, Irish Dance dan Mauritian Society.

Menurut Adamas Yudistira, para pelajar ingin menunjukkan kepada dunia bahwa di tengah berita buruk dan konflik yang terjadi akhir-akhir ini, Indonesia tetap layak untuk dikunjungi sebagai tujuan pariwisata utama di Asia berkat segala keindahannya.

Tiga puluh peserta terpilih yang merupakan pelajar asal Indonesia tampil di atas panggung, membawakan seni drama yang di dalamnya menampilkan tari Saman dari Aceh, Tari Nandak Jakarta, Tari Belibis dari Bali dan juga penampilan alat musik Angklung asal Jawa Barat.

Dua orang pelajar asing yang sedang menuntut ilmu di Newcastle, Allison Forester dan Tim Swinson, turut berpartisipasi, berperan sebagai turis yang sedang berkunjung ke beberapa daerah di Indonesia.

David Leckinson, salah satu penonton asal Newcastle, mengaku tertarik untuk berkunjung ke Indonesia setelah menyaksikan penampilan malam itu dan tidak terpengaruh dengan pemberitaan buruk yang beredar.

Penampilan malam itu yang paling mengesankan menurutnya adalah tari Saman dan tari Nandak.

Meutia Ayuputeri selaku salah satu penari Saman dan Nicolaus Wahyu Pramono yang turut serta dalam tari Ngibing mengaku bangga atas keseriusan dan kerja keras para peserta yang tampil malam ini terlepas dari kesibukan sehari-hari mereka.

Meutia dan Nicolaus berharap para pelajar Indonesia dapat terus mempromosikan dan mempertahankan citra baik Indonesia di mata warga internasional.

Semangat para pelajar di Newcastle dapat menginspirasi para pelajar di mana pun untuk dapat terus mengangkat nama Indonesia di mata dunia.
(ZG)

Editor: Ella Syafputri

View the original article here

Jambi Heritage terbitkan “Nandung Batu Pelangi”

Posted: 18 Mar 2012 07:53 AM PDT

Jambi (ANTARA News) -Yayasan kebudayaan melayu Jambi Heritage dalam waktu dekat akan kembali menerbitkan antologi-katalogi syair, pantun dan fotografi karya kolaborasi seniman budayawan Junaidi T. Nur dan fotografer H. Sakti Alam Watir berjudul “Nandung Batu Pelangi.”

“Dalam waktu dekat yayasan Jambi Heritage bekerja sama dengan Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi serta disponsori oleh Teh Society of Muarojambi Temple (The SOMT) akan menerbitkan buku antologi-katalogi syair pantun dan karya fotografi dalam satu buku yang kita beri judul Nandung Batu Pelangi,” kata fotografer budaya Jambi, H. Sakti Alam Watir, di Jambi, Minggu.

Dikatakan Sakti, buku antologi-katalogi setebal 45 halaman tersebut memuat 25 karya fotografi yang setiap foto disertai pula dengan satu syair pantun yang kesemua syair berjumlah 11 judul.

“Kesemua karya foto dan syair pantun tersebut bertemakan tentang keberadaan candi Muaro Jambi,” kata Sakti.

Di antara judul syair pantun tersebut seperti Candi Astano, Candi Kedaton, Candi Gumpung, Candi Tinggi, Candi Kembar Batu, Candi Koto Mahligai Candi Gedong, Candi Teluk yang merupakan beberapa candi dinatara ratusan Menapo atau reruntuhan batu bata candi yang sudah selesai dipugar, sementara Candi Cino adalah salah satu candi yang belum tersentuh pugarasi.

Selain tentang candi pemantun Junaidi T. Noor juga menulis tentang gugusan lain yang juga merupakan bagian dari komplek candi terluas di Asia Tenggara tersebut, seperti Bukit Perak dan Telago Rajo.

Sebelumnya, Jambi Heritage dan The SOMT dalam waktu berdekatan juga telah menerbitkan antologi puisi 35 penyair Jambi tentang candi Muarojambi tersebut dalam judul buku yang juga mirip yakni `Batu Pelangi`.

“Buku antologi-katalogi ini nantinya akan menjadi pelengkap pula pada pameran foto candi yang akan kita gelar di anjungan TMII di Jakarta pada 15 hingga 22 April mendatang,`” kata Sakti.

Peluncuran antologi-katalogi foto dan syair pantun ini akan dilakukan dengan garapan seni pertunjukan asli Jambi yang diangkat dari berbagai tradisi tutur masyarakat Jambi yang akan digarap oleh kelompok musik tradisi Jambi Mindulahin, demikian Sakti.
(T. KR-BS) Editor: Priyambodo RH

View the original article here

For Keeps juarai A Soundsations Band Competition

Posted: 18 Mar 2012 07:44 AM PDT

Ambon (ANTARA News) – Band indie For Keeps menjuarai A Soundsations Band Competition yang digelar oleh Abdullah Vannath, pemerhati musik Maluku yang juga Bupati Seram Bagian Barat, Sabtu (17/3) malam.

For Keeps yang diawaki oleh Siera Latupeirissa (vocal/keyboard), Miken Leinussa (drum), Jeje Soukotta (bass), Christian Patty (keyboard), dan Tarjo Pamelay (gitar) berhasil menyingkirkan 25 grup musik lainnya di kompetisi tersebut.

Tidak hanya meraih juara pertama, gitaris band For Keeps, Tarjo Pamelay juga menyabet juara the best guitar.

Berhasil terpilih sebagai juara satu, band For Keeps berhak mendapatkan Trophy Abdullah Vannnath dan bonus uang tunai sebesar Rp7 juta.

“Kami senang sekali, tidak menyangka bisa juara satu. Bonus hadiah uang tunai akan kami gunakan untuk membeli peralatan musik yang sudah rusak,” kata Siera Latupeirissa, kepada ANTARA di Ambon, Sabtu.

Ia mengatakan, demi bisa ikut berkompetisi di A Soundsations Band Competition, dirinya terpaksa menunda mengikuti ujian sekolah yang dilaksanakan bersamaan dengan kontes tersebut.

“Pihak sekolah memperbolehkan saya mengikuti kompetisi ini, saya dizinkan untuk mengikuti ujian setelah ini,” ujarnya.

Menurut Sierra, ini bukan pertama kali grup musiknya memenangi kompetisi band. Dengan adanya pengalaman sebagai juara festival, mereka akan mencoba untuk menjajaki dunia musik dengan lebih serius, salah satunya dengan meluncurkan album.

“Kami pernah dapat medali emas di Surabaya. Kami ingin seperti grup-grup musik besar lainnya, punya album dan itu akan kami lakukan,” katanya.

For Keeps merupakan band indie asal Ambon yang terbentuk sejak tahun 2007, dan menjadi duta perdamaian di Ambon pada 2010.

Mereka juga telah menyabet beberapa penghargaan juara di kontes-kontes musik lokal, di antaranya juara satu festival band Say No To Drugs (2011), dan juara dua band Radio pada 2010. (ANT) Editor: B Kunto Wibisono

View the original article here

Tidak ada komentar:

Posting Komentar