Rabu, 25 April 2012

chantika.com

chantika.com


“The Art of War” 3D James Cameron Bantu Sineas China

Posted: 24 Apr 2012 10:52 PM PDT

Sutradara dan produser film asal Kanada, James Francis Cameron, merasa tidak sia-sia datang ke Ibu Kota China untuk menghadiri Festival Film Internasional Beijing 2012, yang digelar 23 hingga 28 April.

Dalam sambutannya pada pembukaan festival  tersebut Senin (23/4/2012) malam, pria kelahiran Kapuskasing, Ontario itu menyatakan, “Tidak sia-sia saya terbang sekitar 15 jam dengan menyaksikan perhelatan yang hebat malam ini,” ujarnya.

Festival Film Internasional Beijing yang digelar untuk kedua kalinya ini akan menyeleksi 260 film lokal dan 20 film mancanegara termasuk film yang dibuatnya, Titanic, yang diproduksi pada 2007.

Tak hanya karena perhelatan itu dibuat begitu “megah” dan spektakuler dengan menampilkan ratusan penari dengan koreografi memukau, yang membuatnya tidak rugi datang ke ajang itu, tetapi juga karena dalam dua pekan pemutaran film Titanic 3D di China, berhasil memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pemutaran di negara lain.

Incoming search terms:

  • GAMBAR TOKO PAPABUBBLE DI GRAND INDONESIA (1)

Hilyani Hidranto Kian Mantap Di Tv

Posted: 24 Apr 2012 10:47 PM PDT

Pemenang Wajah Femina 2007, Hilyani Hidranto (29), semakin enjoy melakoni profesi sebagai pemandu acara. Setelah beberapa saat lekat dengan acara olahraga di televisi, kini perempuan yang akrab disapa Yani ini menjadi pemandu acara di MetroTV, Jalan-jalan Asyik (JJA).

“Konsep acaranya adalah pergi ke tempat-tempat unik dan memberikan ‘sesuatu’ untuk belajar. Jadi bukan tempat-tempat untuk liburan atau wisata,” tutur Yani.

Pada episode yang lalu, misalnya, JJA menayangkan kesibukan di pasar kue subuh Senen, Kepolisian Daerah Metro Jaya, dan markas pemadam kebakaran di Jalan Gajah Mada, Jakarta.

Bagi Yani, acara barunya itu sangat menyenangkan. “Selain jadi lebih kenal dengan kota tempat aku tinggal, sejak dulu aku memang ingin jadi pemandu acara untuk acara jalan-jalan atau kalau enggak ya olahraga,” papar Yani. Untuk sementara, JJA masih akan mengeksplorasi tempat-tempat di sekitar Jakarta dan Bandung, Jawa Barat.

Saat ini, Yani juga masih sibuk membawakan sejumlah acara olahraga di televisi, seperti Kualifikasi MotoGP di Trans7 dan menjadi courtside reporter untuk ASEAN Basketball League yang tayang di ESPN. “Kemarin sempat ditawari jadi penyiar radio, tapi jadwalnya enggak cocok. Jadi, ya, tunggu yang lain aja,” kata Yani. (DOE)

Sumber :
Kompas Cetak

Momen Bahagia Kinaryo Sih

Posted: 24 Apr 2012 10:42 PM PDT

Kebahagiaan tengah menyelimuti bintang film Kinaryosih. Setelah menikah pada awal Maret 2011 lalu dengan pujaan hatinya, Brett Lee Money, yang dilangsungkan secara sederhana dan luput dari pantaun media di Australia dan Jakarta.

Kini kebahagiaan itu bertambah lengkap dengan kelahiran putra pertamanya, Steven Lee Money, yang  lahir di sebuah rumah sakit di Singapura, pada 27 Maret 2012. Mau tahu seperti apa  momen-momen bahagiaanya itu, dari pernikahan sampai melahirkan. Tengok foto-fotonya DI SINI

Sumber :
kasakusuk

 

 

 

Ayu Ting Ting Selamat Dari Kecelakaan

Posted: 24 Apr 2012 10:29 PM PDT

Penyanyi dangdut pedendang “Alamat Palsu”, Ayu Ting-Ting, lolos dari kecelakaan mobil dalam perjalanan menuju sebuah kota di Sumatera Selatan. Karena itu, ia mengadakan acara syukuran untuk rumah barunya sekaligus keselamatannya.

Di Sumatera Selatan itu, ketika itu Ayu dan rombongannya sedang mengarah ke sebuah kota yang berjarak enam jam dari Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Ayu akan manggung di sana.

Mobil yang ditumpangi oleh Ayu ada dalam iring-ringan mobil yang sebagiannya mengalami kecelakaan. Ia bersyukur karena kejadian itu tidak menelan korban jiwa dan tak menimpa dirinya. “Alhamdulillah enggak kenapa-kenapa. Kami bareng-bareng ada tujuh atau enam mobil. Kami di mobil kedua, yang lainnya ada di belakang. Jadi, mobil belakang yang nyungsep,” tutur Ayu ketika ditemui di kediamannya di Depok, Jawa Barat, Minggu (22/4/2012) malam.

Ayu tidak tahu secara rinci apa yang terjadi dalam kecelakaan itu, karena ia tak berani turun dari mobil untuk melihat langsung. “Aku kaget, tiba-tiba berhenti. Mobil itu sudah nyungsep. Yang satu ancur. Aku enggak berani turun,” ceritanya.

Tips Merebus Pasta

Posted: 24 Apr 2012 10:23 PM PDT

Saat merebus pasta, biasanya Anda akan menambahkan minyak dalam air rebusan agar pasta tidak lengket. Namun, menurut Executive Chef Hotel Dharmawangsa, Vindex Tengker, hal ini tidaklah bermanfaat.

“Menambahkan minyak dalam air rebusan ini tidak akan membuat pasta jadi tidak lengket,” ungkapnya kepada Kompas Female, dalam acara Chef of the Year, Unilever Food Solution di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Senin (23/4/2012).

Vindex memaparkan, jika Anda menambahkan minyak saat merebus pasta, yang terjadi Anda hanya akan menghabiskan banyak minyak dan membuangnya sia-sia dalam air rebusan.

“Sebaiknya ketika merebus pasta, cukup tambahkan saja garam ke dalamnya untuk membuat pasta jadi lebih gurih,” bebernya.

Agar tak lengket dan tak cepat kering, tambahkan sedikit minyak goreng atau olive oil setelah pasta direbus dan ditiriskan. Lalu aduk sampai minyak ini merata ke semua bagian. Namun, jelas Vindex hal ini hanya perlu dilakukan jika Anda ingin menyimpan pasta. Menurutnya, cara ini dapat membuat pasta yang ingin Anda simpan setelah dimasak, menjadi tidak lengket dan menempel karena kelembabannya terjaga.

“Tapi jika ingin dimakan langsung tidak perlu pasta yang sedang ditiriskan tak perlu ditambahkan minyak, karena saat panas pasta tidak menempel,” pungkasnya.

Geliat Sepatu Lokal,Pasar Lokal Sangat Menjanjikan

Posted: 24 Apr 2012 10:19 PM PDT

Pernahkan Anda menghitung ada berapa pasang jumlah sepatu di rumah Anda? Kalau saja setiap orang punya minimal dua pasang, bayangkan berapa banyak sepatu yang dibutuhkan penduduk Indonesia.

Kita perkirakan saja penduduk Indonesia yang memiliki sepatu berjumlah setengahnya dari total sekitar 240 juta orang. Itu saja sudah mencapai angka 120 juta. Kalau kemudian setiap orang punya minimal dua pasang sepatu, jumlah itu akan membengkak lagi.

Itulah setidaknya perkiraan Marga Singgih, Ketua Bidang Pengembangan Pasar Dalam Negeri Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), ketika ditanya tentang gambaran besar kebutuhan dan produksi sepatu di Indonesia.

Jumlah kebutuhan yang cukup besar ini melahirkan banyak pengusaha sepatu. Aprisindo mencatat, saat ini terdapat lebih dari 100 merek nasional meski tidak semuanya diproduksi di negeri sendiri. Selain perusahaan besar, lahir pula industri kecil yang beberapa di antaranya dibuat perempuan-perempuan pencinta sepatu.

Di Jakarta, misalnya, ada La Spina yang mengangkat motif etnik Indonesia milik Liana Gunawan. Ada pula sepatu-sepatu tinggi seperti yang dikenakan selebritas Hollywood dengan label V&N kepunyaan Virry Nainggolan dan Nova Tanjung. Di Bandung, Prugna yang didirikan Dewi Arrum dan Donna Turner juga menghasilkan kreasi sepatu-sepatu modis.

Pada pameran Indonesia Fashion Week 2012, Februari lalu, kesempatan untuk ngobrol dengan Dewi dan Donna di anjungan Prugna sulit didapat karena pengunjung menyesaki anjungan itu sepanjang hari. Para perempuan -kebanyakan berusia muda- itu bukan sekadar berdesakan untuk mengamati produk Prugna. Mereka membeli sepatu-sepatu unik yang dipajang, sebagian lagi memesan berdasarkan model yang ada untuk disesuaikan dengan ukuran kaki mereka. "Aduh, buat duduk aja enggak sempat," kata Donna.

Hingga sebulan kemudian, ketika bertemu dengan Donna dan Dewi, keduanya masih sibuk menyiapkan sepatu-sepatu pesanan yang akan dikirimkan kepada pencinta baru Prugna yang antusias itu.

Bisnis sepatu yang mereka rintis pada umumnya didasari pengalaman bertualang mencari sepatu yang dibuat berdasarkan pesanan untuk diri sendiri, seperti yang dialami Liana. "Ternyata tak mudah mencari tukang yang bisa membuat sepatu yang pas dengan kaki kita," kata Liana.

"Hobi" mencari tukang sepatu berubah menjadi bisnis ketika Liana menemukan banyak perempuan senasib. Pertengahan 2009, dia mulai menawarkan jasa pembuatan sepatu kepada teman-temannya. Sepatunya sendiri dibuat oleh tukang yang dinilai sudah cocok membuatkan sepatu untuknya.

Tak diduga, nyatanya tak mudah menjalankan bisnis tersebut. Membuat sepatu membutuhkan akurasi yang sangat tinggi. Apalagi, kaki setiap orang tidak sama. "Beda beberapa milimeter saja dengan ukuran kaki membuat tidak nyaman. Ini berbeda dengan baju yang mudah dirombak saat tidak sesuai ukuran," kata Liana.

Kain tradisional
Ketika bisnisnya mulai berjalan normal, muncul tantangan lain, terutama persaingan dengan pemilik usaha sejenis. Apalagi, desain sepatunya tak punya ciri khas, tak ada bedanya dengan sepatu pesanan lain. "Ibaratnya saya punya usaha, tetapi tidak bisa berkarya sendiri," katanya.

Gencarnya kampanye batik memberi ide bagi Liana untuk menggunakan kain tradisional Indonesia. Kebetulan, dia mengoleksi batik yang hanya disimpan di lemari dalam bentuk kain.

Percobaan membuat sepatu dengan menggabungkan kulit sintetis dan batik Garutan yang berwarna cerah ternyata menarik perhatian mereka yang selama ini menjadi pelanggannya.

Batik Garutan, lalu pada perkembangannya batik Lasem, tenun Pinawetengan asal Minahasa, dan songket Palembang diaplikasikan pada sepatu dengan hak 5-12 cm, wedges, sepatu datar, hingga sepatu anak-anak. Karyawan yang semula berjumlah dua orang di bagian produksi bertambah menjadi 15 orang.

Kodrat perempuan yang selalu ingin berpenampilan cantik dan sesuai tren membuat Virry dan Nova, serta Dewi dan Donna, membuat sepatu-sepatu yang tengah dikenal di dunia selebritas dan panggung mode.

Di bawah nama V&N, Virry dan Nova membuat sepatu platform semodel sepatu Christian Louboutin dan wedges dengan tinggi 10 cm ke atas. Sementara Dewi dan Donna lebih banyak berkreasi dengan wedges dalam Prugna yang juga memproduksi sepatu tanpa tumit yang populer dikenakan Lady Gaga.

"Kami membuat sepatu dengan desain yang serupa dengan merek internasional, tetapi dengan harga lebih terjangkau," kata Virry.

Tak heran, meski bisnis ini baru dijalankan Januari 2011, sudah ada 500 pesanan. "Pernah ada pembeli dari Singapura yang memesan langsung sepuluh pasang dengan model yang berbeda," ujar Virry, yang sepatu-sepatunya juga menjadi buruan sosialita Jakarta.

Dari mulut ke mulut
Sejak awal hingga saat ini, V&N masih dipromosikan dengan cara pemasaran mulut ke mulut. "Kami bercita-cita membuka butik, tetapi untuk saat ini kami ingin memantapkan posisi dulu," kata Nova.

Selain pemasaran antarteman dan kerabat, media online juga kerap menjadi media promosi industri kecil seperti yang dilakukan Dewi dan Donna sejak 2008. Belakangan, penjualan Prugna makin marak melalui Blackberry Messenger. Januari 2012, barulah merek yang diproduksi 200-300 pasang per bulan itu dipasarkan di gerai sendiri di Bandung.

Cara lain dipilih Liana sejak La Spina dengan ciri sepatu etnik lahir di tahun 2011, yaitu dengan menjadi peserta pameran. Sebelumnya, Liana juga sempat mengikuti tren berjualan melalui media sosial online yang akhirnya membuat dia kerepotan.

"Kalau untuk online, apalagi melalui BBM, saya harus selalu siap melayani pelanggan kapan pun, termasuk saat dini hari. Telat sedikit saja merespons, mereka bisa protes. Sempat merasa seram juga waktu itu, apalagi ketika banyak komplain," tutur Liana.

Tak patah semangat dan terus belajar memperbaiki kekurangan, bisnis Liana berkembang hingga bisa mengikuti pameran di Thailand, Korea Selatan, dan Jepang.

"Saya ingin para pemakai sepatu ini membawa Indonesia dalam setiap langkah mereka," kata Liana, yang membuat slogan "Indonesia in Every Step" untuk produknya.

Dengan demikian, langkah Anda sekaligus jadi kebanggaan dan mencitrakan identitas, bukan?

(Yulia Sapthiani/Nur Hidayati)

 

Sumber: Kompas Cetak

Incoming search terms:

  • tantangan berbisnis makanan organik (1)
  • contoh kesalahan berbahasa dalam iklan dan alasannya (1)

Sepatu Dengan Gaya Unik Lebih Diminati

Posted: 24 Apr 2012 10:14 PM PDT

Saat hadir dalam acara pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton, April 2011, penampilan Victoria Beckham menjadi perbincangan pemerhati mode. Dipadukan dengan gaun longgar -karena saat itu Victoria tengah hamil- dan topi berwarna hitam, istri David Beckham ini mengenakan sepatu yang terbuat dari satin hitam dengan hak setinggi 16,5 cm dan 6,35 cm di sol bagian depan.

Beberapa hari setelah Victoria mengenakan sepatu berjenis platform (sepatu dengan hak dan sol depan yang tinggi) dari Christian Louboutin ini, sepatu-sepatu serupa menjadi serbuan pencinta mode. Di semua butik sepatu Louboutin, sepatu ala Victoria habis terjual.

Victoria, yang memang penggemar sepatu Louboutin, juga pernah mengenakan sepatu asal Perancis tersebut dengan tinggi hak mencapai 20 cm.

Sepatu-sepatu tersebut tak hanya menarik perhatian karena tingginya. Tak jarang, juga karena desainnya. Lady Gaga sebagai ikon mode di panggung musik, misalnya, pernah tampil dengan sepatu yang tingginya 15 cm tanpa hak. Sepatu karya perancang Jepang, Noritaka Tatehana, ini hanya bertumpu pada paruh kaki bagian depan.

Desain yang dipakai para selebritas ini pula yang menginspirasi perancang dan pemilik bisnis sepatu di Indonesia. Di Bandung, misalnya, Dewi Arrum (24) dan Donna Turner (27) sebagai pemilik label Prugna memahami bahwa pasar tengah berselera menjajal sesuatu yang baru.

Dewi menjelaskan, model yang tampak "seram" seperti yang dipakai Lady Gaga sebenarnya cukup aman dan nyaman dipakai. "Ketika berjalan, kita memang lebih banyak bertumpu pada bagian depan kaki. Ada atau tidak ada bagian tumit, tidak terlalu masalah," ujarnya.

Meski beberapa desainnya terinspirasi dari fenomena di panggung mode, ide itu selalu diramu dengan kemampuan teknik produksi dan pertimbangan kenyamanan. Dari "ramuan" itu muncullah desain Prugna. Di mata pelanggannya, Prugna memang menawarkan sepatu yang unik.

"Makin aneh modelnya, sepertinya orang makin senang. Hanya saja, kami tetap realistis, menghitung apakah pengerjaannya memungkinkan dan tetap harus nyaman dipakai," kata Dewi.

Sebagian besar sepatu Prugna merupakan variasi bentuk wedges, yaitu sepatu yang haknya menyatu dengan bagian sol. Salah satunya adalah wedges yang dibentuk seperti kurva di bawah tumit, ada juga yang dipahat model zig-zag, atau bersusun dengan beberapa warna sekaligus.

Model wedges mereka yakini lebih "mudah" dan santai dipakai dibandingkan stiletto (sepatu dengan hak yang tipis) walaupun dibuat sama tinggi. Dengan bentuk wedges, Dewi dan Donna juga merasa bisa lebih kaya mengeksplorasi desain.

Ciri tradisional
Peluang pasar yang bagus di ranah sepatu perempuan membuat Liana Gunawan serta duet Virry Nainggolan dan Nova Tanjung di Jakarta merilis sepatu dengan merek dan ciri khas masing-masing.

Dengan merek La Spina, Liana tak hanya menjual sepatu hak tinggi dan wedges setinggi 10-12 cm yang membuat kaki perempuan terlihat jenjang, tetapi juga menyajikan keindahan Indonesia. La Spina menggunakan batik Garutan, songket, atau tenun Pinawetengan, beberapa dari sekian banyak kain tradisional Indonesia.

"Saya ingin mempertahankan ciri tradisional, tetapi dalam kesan yang ringan," kata Liana, yang kemudian membuat variasi sepatu dengan hak lebih rendah, termasuk sepatu-sepatu datar.

Virry dan Nova, yang merilis label V&N sejak Januari 2011, meyakini, kebiasaan perempuan memiliki lebih banyak sepatu dibandingkan pria menjadi peluang bisnis.

Mengandalkan jenis sepatu bersol tebal, yaitu platform dan wedges, V&N memang memiliki desain yang serupa dengan sepatu-sepatu bermerek internasional. Dengan model ini, variasi motif dan warna pada umumnya ada di bagian atas sepatu. Untuk jenis sepatu pump (sepatu tertutup), misalnya, motif kulit macan tutul atau kulit ular menjadi andalan.

Sentuhan unik juga terlihat pada sepatu sling back (sepatu tertutup di bagian depan dan terbuka di belakang dengan tali pengikat). Virry menggunakan gambar dan foto dari majalah yang dia adopsi menjadi permukaan bagian atas sepatu.

Berangkat dari kegemaran mengoleksi dan memakai sepatu, khususnya sepatu tinggi, Virry dan Nova menerima pesanan khusus untuk ukuran-ukuran tinggi. Kedua perempuan ini bahkan menyarankan pembeli memesan sepatu dengan tinggi 10 cm ke atas. "Karena sepatu tinggi itu seksi, membuat kaki jenjang yang memunculkan kepercayaan diri," ujar Nova.

Sepatu-sepatu dengan hak tinggi dan sol tebal sebenarnya bukanlah model baru di dunia mode. Seperti tren mode yang selalu berputar, jenis sepatu seperti platform pernah populer di tahun 1970-an. Tak hanya oleh remaja putri dan perempuan dewasa, sepatu platform juga dikenakan oleh remaja pria, terutama untuk sepatu dengan model hak datar.

Berdasarkan sejarahnya, sepatu-sepatu tinggi yang bernama chopines telah dipakai perempuan di Venice, Italia. Adapun kaum pria di Eropa mengenakan sepatu hak tinggi pada abad ke-17 sebagai penanda kekuasaan.

(Yulia Sapthiani/Nur Hidayati)

Sumber: Kompas Cetak

Bercumbu Di Bawah Air Terjun Bikin Suasana Jadi Sensasional

Posted: 24 Apr 2012 10:10 PM PDT

Bercumbu di bawah guyuran air dari shower, pancuran, atau bahkan air terjun, akan membawa Anda berdua ke suasana yang sensasional. Pijatan lembut dari terpaan air semakin melancarkan peredaran darah, sehingga meningkatkan gairah. Selain itu, air yang mengalir amat membantu melarutkan kotoran tubuh.

Menurut Joe Beam, konsultan seks dari Amerika Serikat, bercinta di kamar mandi di bawah guyuran air dari shower ternyata punya manfaat kesehatan. Ini dia di antaranya:

1. Meredakan stres. Kegiatan bercinta yang menyenangkan dan lain dari biasanya sangat ampuh untuk mengurangi beban pikiran. Ini artinya tekanan darah pun ikut turun. Anda juga bebas stres dan bebas darah tinggi.

2. Menghilangkan sakit kepala. Selama kegiatan seks berlangsung, tubuh melepas hormon oksitosin. Ketika hormon oksitosin aktif, endorfin meningkat. Endorfin adalah hormon anti-nyeri alami yang salah satu fungsinya adalah mengurangi sakit kepala.

3. Melancarkan peredaran darah. Semburan air di atas kepala, jatuh ke pundak, dan meluncur turun ke perut hingga kaki. Semua ini ibarat pijatan ke semua otot tubuh. Selain membuat rileks, aktivitas ini juga melancarkan peredaran darah.

4. Membersihkan. Yang dimaksud di sini, selain air berfungsi membersihkan, kegiatan seksual itu sendiri membantu memompa oksigen segar ke dalam tubuh. Darah menjadi lebih bersih, tubuh pun lebih bugar.

5. Jadi awet muda. Sekali pun orgasme kerap disebut sebagai “little death” atau kematian kecil, namun sebenarnya orgasme bermanfaat untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Manfaat semakin terasa ketika seks dilakukan di bawah siraman air dingin yang menyehatkan dan menyegarkan kulit Anda.

(Majalah Chic/Lily Turagan)

White Lotus Jenny Poespita

Posted: 24 Apr 2012 11:21 AM PDT

 

Saya hobi makan. Namun, saya pengin sehat. Saya tidak mau mengorbankan kesukaan saya makan enak," kata Jenny Poespita (32). Ia lalu membuka usaha katering makanan yang katanya membuatnya sehat.

Waktu kecil, Jenny gemar memanjat genteng rumah. Bekas luka tusukan pensil di lengan menjadi penanda sejarah bandel masa kecil. Kini, si tomboi itu telah berubah menjadi sosok gadis cantik dengan tatapan teduh.

Ketika kembali ke Tanah Air enam tahun lalu, kesan tomboi masih melekat erat pada Jenny. Kala itu, ia gemar mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang yang kedodoran. Jenny diminta pulang ke Surabaya setelah mendapat ijazah dengan predikat cum laude dari Boston College, Chestnut Hill, Massachusetts, Amerika Serikat.

"Kecantikan perempuan berasal dari dalam, tetapi bukan berarti tidak jaga penampilan. Saya memutuskan mulai dandan," katanya. "Salah satu pemberian paling berharga buat perempuan karena kita bisa dandan. Itu penghargaan buat diri sendiri," ujar Jenny menambahkan.

Jenny menuruti permintaan orangtuanya untuk pulang. Ia lalu meninggalkan pekerjaannya sebagai internal auditor di Northland Investment Corporation, Boston, Massachusetts, yang sudah dilakoni selama tiga tahun. Mimpinya untuk membangun karier di negeri orang pun pupus.

Namun, impian lain segera bersemi. Dari nol, Jenny mulai merintis bisnis katering kesehatan White Lotus sejak 2007. Katering dengan harga paketan Rp 3 juta-Rp 8 juta per orang per bulan itu sudah menjangkau ratusan konsumen di Jakarta dan Surabaya.

Kelinci percobaan
Jenny pun bersedia menjadi "kelinci percobaan". Dalam sebulan pertama mengonsumsi makanan katering miliknya, lingkar pinggangnya mengecil hingga 10 cm. Berat tubuhnya yang dulu terlalu kurus pun mulai naik. Dengan tinggi 163 cm dan berat 48 kilogram, Jenny mendapatkan tubuh ideal.

Bertemu di keramaian Ranch Market, Pondok Indah, Rabu (14/3/2012), tak tersisa lagi jejak gadis tomboi dalam diri Jenny. Ia tampil segar dengan terusan rok pendek dan riasan tipis. Matanya selalu lekat memandang lawan bicara.

Kalimat yang meluncur dari bibir tipis Jenny sulit dipenggal, terutama ketika ia berbicara tentang bisnis kateringnya. Jenny yang menggemari warna putih jatuh cinta pada bunga lotus (teratai) yang melambangkan sifat rendah hati.

Lotus bisa tumbuh di mana pun, tak perlu dirawat, dan bisa memberi arti bagi lingkungannya. "Di mana pun kita berada harus jadi berkat buat orang lain. Ada kita atau tidak harus ada bedanya. Saya pengin memberi satu nuansa pembeda," kata Jenny.

Wawasan Jenny tentang makanan sehat dibuka ketika ia jadi duta budaya Rotary Club dan tinggal selama enam minggu di Inggris pada Oktober 2007. Jenny tertarik karena manula di atas usia 80 tahun di Inggris masih bisa menyetir mobil sendiri dan tetap bisa menyantap makanan enak.

Begadang
Ketika bisnisnya dimulai, Jenny terjun langsung ke dapur. Ia begadang hingga kantong matanya menghitam. Seiring dengan makin besarnya perusahaan, Jenny tetap ke dapur untuk mencicipi resep makanan baru dan memberi masukan agar penampilan makanan tetap menarik.

Jenny berusaha terlibat dalam semua diskusi untuk memastikan semua pekerjaan sempurna. Bagi Jenny, perencanaan usaha dan pengorganisasian tim merupakan kegiatan yang menyenangkan. "Jadi tidak merasa kerja meski seluruh waktu saya tersita untuk bisnis ini," ujar Jenny yang masih lajang ini.

Ketika menjalankan hobi jalan-jalan ke beberapa negara, Jenny tetap menyempatkan belanja informasi tentang makanan sehat. Saat ini, ia sedang getol-getolnya bepergian keliling Indonesia. Di Solo, Yogyakarta, dan Semarang, Jenny jalan-jalan sambil merintis kerja sama dengan petani lokal.

Selain pelanggan perseorangan, bisnis kateringnya juga mulai merambah ke beberapa rumah sakit dan menjadi penyuplai makanan pesta.

Meski hingga kini masih dituntut bekerja hingga larut malam, Jenny tetap meluangkan waktu untuk menyantuni sebuah panti asuhan dengan 13 anak di Surabaya. "Bagi saya, hidup tidak selalu mulus. Ada naik turunnya. Bagaimana melewati masa itu. Bagaimana tetap menjadi orang baik saat susah," ujar Jenny.

Menu kasih Jenny
Bagi Jenny, keuntungan tidak menjadi tujuan utama dari pendirian White Lotus. Rasa welas asihnya muncul tiap kali melihat orang sakit yang harus berpantang banyak makanan. Karena bekerja dengan hati, ikatan emosi dengan pelanggan perlahan terbangun.

"Kita kerja bukan mau jualan, melainkan membantu orang. Tantangan terbesar adalah memberantas pikiran bahwa makanan sehat itu tidak enak. Konsep sebuah makanan, jika makanan tidak enak, tidak boleh keluar dari dapur," katanya.

Bisnis kateringnya dikontrol oleh tim yang terdiri atas dokter gizi, ahli kuliner berstandar hotel, dan ahli teknologi pangan. Jenny pun membekali diri dengan ilmu gizi dari kursus singkat di Inggris. "Yang penting, kandungan makanan dan cara memasaknya," tutur Jenny.

Bagi pelanggan yang menderita diabetes, misalnya, mereka tetap dimanjakan dengan kue-kue manis. Gula tebu diganti gula silitol. Kue-kue dibuat dengan susu kurma dan madu murni. Namun, pemberian makanan manis ini tidak setiap hari.

Pelanggan yang mengidap penyakit tertentu harus menyerahkan hasil cek darah, sejarah operasi, dan daftar konsumsi obat. Hal ini akan dikonsultasikan dengan dokter pribadi agar program diet bisa sejalan dengan program pengobatan penyakit.

Tiap satu minggu, berat badan konsumen akan diukur. Dari hasil pengecekan darah, kemudian akan terlihat apakah menu diet yang diberikan berdampak terhadap kondisi pelanggan.

(Mawar Kusuma)

Sumber: Kompas Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar