Kamis, 09 Februari 2012

chantika.com

chantika.com


Tips Memilih Krim Pemutih

Posted: 09 Feb 2012 05:11 AM PST

- Setiap orang memiliki warna kulit yang berbeda-beda, meski pada dasarnya kulit orang Indonesia cenderung berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan adanya kandungan melanin yang lebih banyak pada kulit orang Indonesia, dibandingkan dengan orang Eropa. “Hal ini sebenarnya normal, karena merupakan proses alami dalam tubuh. Yang tidak normal adalah ketika kulit menjadi hitam karena terpapar matahari terlalu lama, dan menyebabkan kanker,” tukas dr Eddi Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dari RSCM kepada Kompas Female, di Hotel Hilton, Bandung, beberapa waktu lalu.

Masalahnya, selama ini selalu ditanamkan bahwa perempuan yang cantik adalah yang berkulit putih. Akibatnya, banyak perempuan Indonesia yang ingin mengubah kulitnya menjadi putih dengan menggunakan berbagai produk pemutih buatan. “Perlu diingat bahwa produk pemutih ini tidak akan bertahan lama, dan hanya menghambat pembentukan melanin dalam kulit, tapi tidak akan menjadi putih selamanya,” tukas Eddi.

Sebenarnya, produk pemutih ini tidak disarankan untuk penggunaan demi memutihkan kulit semata, melainkan lebih disarankan untuk alasan medis yang memerlukan penggunaan pemutih kulit. “Jika tidak ada alasan medis, seperti keluhan hiperpigmentasi, melasma, lentigo, atau solaris, sebaiknya tidak perlu pakai pemutih,” tambahnya.

Namun jika Anda memang menginginkan memiliki kulit yang lebih cerah dan menggunakan berbagai krim pemutih, menurut Eddi beberapa hal ini harus dijadikan pegangan:

1. Diagnosis. Sebelum menentukan jenis krim pemutih, perhatikan diagnosis atau analisa kebutuhan pemutihan kulit. Diagnosis yang berbeda akan menentukan jenis krim pemutih yang akan digunakan. Selain itu, sebenarnya berbagai krim pemutih memiliki “spesialisasi” sendiri untuk mengatasi berbagai masalah kulit yang menghitam. “Krim yang digunakan pun berbeda untuk mengatasi spot hitam, atau flek. Maka sebaiknya perhatikan kebutuhan dan diagnosis kulit Anda,” tambahnya.

2. Lokasi. Untuk menggunakan krim pemutih, perhatikan juga area yang akan diputihkan. “Beda lokasi atau bagian yang ingin diputihkan, beda juga krim yang digunakan, dan akan memengaruhi lamanya pengobatan,” bebernya. Misalnya, jika Anda ingin memutihkan daerah sekitar mata, maka krim yang digunakan pasti berbeda dengan krim untuk memutihkan seluruh wajah. Sebab, kulit sekitar mata lebih tipis dan sensitif dibanding kulit wajah lainnya. Selain itu, proses memutihkan bagian mata saja memakan waktu yang berbeda dengan proses pemutihan seluruh wajah.

3. Tipe kulit. Tipe kulit dibagi menjadi dua bagian, yaitu kulit berminyak dan kulit kering. Jenis kulit ini akan mempengaruhi keefektifan dari jenis pemutih yang digunakan. Jika salah pilih jenis krim pemutih, kulit justru bisa semakin bertambah kering atau berminyak. Sampai sekarang sudah banyak produk pemutih yang disesuaikan dengan jenis kulit yang berbeda.

4. Formulasi. Beda jenis kulit, beda pula jenis formulasi atau bahan dasar pemutih yang digunakan. Kesesuaian formulasi dengan tipe kulit juga akan memengaruhi keefektifan daya kerja pemutih ini. Untuk kulit yang berminyak, sebaiknya hindari penggunaan pemutih yang mengandung minyak. Sedangkan untuk kulit yang kering, pilih pemutih yang mengandung minyak.

5. Respons terhadap produk sebelumnya. Ada baiknya jika Anda memperhatikan respons yang dialami kulit ketika menggunakan berbagai produk pemutih ataupun berbagai kosmetik lain sebelumnya. Mungkin saja ada beberapa formulasi dalam bentuk minyak atau krim yang tidak cocok untuk Anda sehingga menimbulkan alergi. Untuk menghindari terjadinya alergi atau semakin parahnya masalah kulit seperti jerawat, antisipasi reaksi negatif yang mungkin saja muncul.

Ada “Romantic Cheongsam” di “Red in Fashion”

Posted: 09 Feb 2012 05:06 AM PST

- Ada yang berbeda dalam fashion show yang menjadi penutup rangkaian acara Tahun Baru Imlek di Grand Indonesia Shopping Town. Dalam peragaan busana bertema “Red in Fashion”, pusat perbelanjaan ini menghadirkan tujuh desainer/brand yang menampilkan koleksi busana yang terinspirasi dari perayaan Imlek. Warna merah dan busana bergaya cheongsam mendominasi koleksi mereka. Namun brand fashion Benten rupanya memilih untuk membuat tema sendiri untuk koleksi mereka.

“Kami punya tema sendiri untuk tahun ini, yakni Flower Romance, dan kami memilih warna-warna pastel yang lebih soft. Kami ingin tampil beda,” jelas Cecilia Yuda, salah satu pendiri Benten, saat ditemui usai fashion show di Main Atrium Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta, Minggu (5/2/2012) lalu.

Sebagian besar koleksi mereka menggunakan bahan silk tulle dari Perancis. Bahan tersebut dikombinasikan dengan organza dan butiran Swarovsky. Lima koleksi yang seluruhnya bergaya cheongsam diberi aksen lace yang memberi kesan romantic.

Disukai sosialita dan selebriti
Ciri khas rancangan Benten adalah ringan dan sederhana, sehingga membuat penggunanya merasa nyaman. “Bahannya halus, gaunnya wearable, simpel, dan tidak terlalu drama. Makanya banyak yang merasa nyaman dengan gaun kami. Pengguna busana Benten juga merasa lebih feminin kalau menggunakan produk kami,” ungkap Cecilia.

Busana Benten kerap dikenakan oleh kaum sosialita dan selebriti. Sebab pada awalnya Benten memang hanya menyediakan gaun untuk para presenter tayangan infotainment di televisi. Lama-kelamaan, para selebriti ikut menyukai dan memesan gaun dari brand yang dirancang oleh duet desainer Cecilia Yuda dan Lisa Daryono ini. Asmirandah, Nabila Syakieb, Cahty Sharon, dan Nadine Chandrawinata, adalah beberapa klien Benten.

Tak berlatar belakang fashion
Cecilia dan Lisa memang sejak lama punya cita-cita membangun fashion line sendiri. Doa mereka terkabul pada Juni 2007, setelah membuka concept storeBenten yang pertama di kawasan Pluit, Jakarta Utara.

“Nama Benten dipilih dari bahasa Jepang yang artinya Dewi. Benten artinya Dewi Keberuntungan, Dewi Kecantikan, dan predikat lain yang feminin,” kenang Cecilia. Tak heran, mereka berfokus pada rancangan cocktail dress dan evening gown.

Sebelum menjadi perancang, kedua perempuan ini sebenarnya tak memiliki latar belakang fashion. Cecilia adalah lulusan Profesional Communication PR di Melbourne, Australia. Temannya, Lisa, adalah sarjana perbankan dan keuangan. Mereka tak pernah menempuh pendirikan formal tentang fashion, dan memilih untuk memelajarinya secara otodidak. Persahabatan mereka dimulai sejak sama-sama melanjutkan kuliah di Melbourne. Mereka ternyata memiliki passion yang sama di bidang fashion. Sekembalinya ke Indonesia, mereka pun sepakat membangun fashion line bernama Benten.

Koleksi gaun malam mereka ternyata segera memikat para sosialita. Empat tahun sejak didirikan, Benten membuka toko keduanya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. Melalui website dan jaringan online, Cecilia dan Lisa juga memperkenalkan brand ini ke dunia internasional. Seluruh koleksi Benten akhirnya diperagakan di Hong Kong Fashion Week Spring/Summer 2011. Selain itu, koleksi Benten juga telah didistribusikan di Malaysia, Singapura, dan tak lama lagi di Melbourne dan Sydney, Australia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar